Faktor Lingkungan yg Mempengaruhi Prestasi Belajar

Dalam upaya mencapai prestasi belajar ternyata perlu diperhatikan faktor-faktor di luar diri individu yang kerapkali sangat berpengaruh. Yang dimaksudkan dengan faktor-faktor di luar individu adalah faktor lingkungan, yang meliputi:
1. Lingkungan sekolah
2. Lingkungan sosial
3. Lingkungan keluarga

Lingkungan Sekolah

Prestasi di sekolah yang kurang baik bisa disebabkan oleh kondisi umum dari sekolah, yang kurang dapat menampung anak didik. Keadaan lingkungan fisik yang tidak disukai individu, atau hubungan dengan kawan atau pengajar yang tidak harmonis, dapat membuat individu merasa tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, yang pada akhirnya dapat menurunkan motivasi belajarnya. Keadaan ini dapat berakibat individu atau siswa menjadi malas belajar yang tentunya akan mempengaruhi prestasi belajarnya pula. Pengalaman yang kurang menyenangkan dengan pengajar bisa mengakibatkan seseorang tidak merasa senang pada pengajar dan tidak menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan pengajar tersebut, termasuk pelajaran sekolah yang diajarkannya. Kurikulum yang tidak berjalan lancar dan kehadiran péngajar yang tidak teratur juga dapat mempengaruhi siswa dalam menerima pelajaran, yang kemudian dapat membuat mereka enggan belajar.

Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial juga berpengaruh terhadap prestasi belajar, karena lingkungan sosial relatif besar pengaruhnya terhadap perkembangan proses belajar siswa. Perkembangan kecerdasan seseorang, misalnya, dipengaruhi pula oleh lingkungan sosialnya, karena lingkungan sosial dalam hal ini turut membentuk proses belajar dan berpikir seseorang. Mereka yang hidup dan dibesarkan di daerah dengan masyarakat yang sosio-ekonominya rendah terlihat adanya kecenderungan "malnutritions" yang bisa berakibat pada prestasi sekolahnya. Karena mereka merasa kekurangan, maka mereka akan berkembang menjadi orang yang selalu mengarahkan dirinya pada hal yang sifatnya material. Pemuasan kebutuhan rasa laparnya akan lebih dipentingkan. Mereka menjadi kurang perangsangan intelektual dari lingkungan sekitar, yang mengakibatkan mereka menjadi semakin terhambat segi material, fisik dan mentalnya, yang pada akhirnya menurunkan prestasi belajarnya di sekolah.

Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga tak dapat disangkal lagi memiliki arti penting dalam kaitannya dengan prestasi sekolah, karena pada dasarnya keberhasilan seseorang di sekolah berkaitan erat dengan tidak adanya gangguan atau hambatan emosional yang berhubungan dengan relasi yang terjadi antara dirinya dengan keluarga atau orang-orang yang dekat dengan dirinya. Gangguan emosional ini sering tampak dalam bentuk ketegangan, konflik yang dirasakan individu dan sering tercermin dalam tingkah lakunya. Keadaan ini menyebabkan individu tersebut tidak berperhatian penuh terhadap pelajaran, daya konsentrasi menurun, dan prestasi sekolahpun turut menurun. Mereka menjadi kurang berprestasi di sekolah, meskipun mungkin secara potensial mereka mempunyai kecerdasan yang baik. Sebaliknya, hubungan yang baik dengan keluarga atau orang-orang yang dianggap dekat, suasana yang hangat, serta banyak memperoleh kesempatan dan rangsangan-rangsangan intelektual dapat meningkatkan prestasi sekolah.

Selain ketiga faktor tersebut, perlu diperhatikan pula mengenai lingkungan pendidikan siswa. Lingkungan pendidikan yang dimaksudkan di sini adalah lingkungan yang memberikan pendidikan pada diri individu dari sejak lahir hingga dewasa. Lingkungan ini merupakan situasi belajar. Keseluruhan tingkah laku individu merupakan hasil interaksinya dengan lingkungan, sehingga prestasi belajar yang dicapai individu berkaitan erat dengan kondisi lingkungan dimana proses belajar itu terjadi. Lingkungan pertama dalam proses belajar adalah lingkungan keluarga, sehingga lingkungan keluarga adalah lingkungan terpenting dalam keberhasilan seseorang di sekolah. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang baik di rumah.

Di dalam keluarga, individu mempunyai kesempatan menjalani pendidikan secara bertahap, sebagai hasil dari bentuk hubungan sejak lahir dengan "significant person". Bertindak sebagai "significant person" di sini adalah orang tua. RUPP mengatakan bahwa salah satu aspek lingkungan pendidikan orang tua yang kelak dapat mempengaruhi prestasi sekolahnya adalah penyediaan waktu dan fasilitas bagi kepentingan pendidikan anak yang mampu memberikan stimulasi bagi perkembangan kognitif anak. Stimulasi yang diberikan orang tua terhadap anak bisa dalam hal permainan maupun penggunaan bahasa.

OLIVE BANKS (1971) mengemukakan bahwa bahkan ketika anak telah masuk sekolah, sikap-sikap dan tingkah lakunya terhadap sekolah sangat dipengaruhi orang tuanya. Sementara itu DUVALL mengemukakan bahwa prestasi akademis anak tidak hanya tergantung pada kemampuan pengajar, tetapi juga tergantung pada keluarga darimana ia berasal. Prestasi sekolah ini tergantung pada beberapa faktor keluarga seperti:
1. Tekanan prestasi, yaitu aspirasi orang tua bagi pendidikan anaknya, minat mereka pada pengetahuan sekolah, serta standar hadiah yang diberikan bila prestasi anak sesuai harapan.
2. Model bahasa, yaitu kualitas bahasa orang tua dan standar yang dibuat untuk cara berbicara anak.
3. Bimbingan akademis, yaitu kualitas bimbingan akademis serta bantuan yang diberikan orang tua di rumah.
4. Aktivitas di rumah, berkaitan dengan stimulasi yang tersedia di rumah.
5. Intelektualitas di rumah, yaitu minat-minat intelektualitas dan aktivitas intelektual.
6. Kebiasaan bekerja dalam kaitannya dengan penggunaan ruang dan waktu yang teratur di rumah.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa lingkungan yang sangat besar peranannya dalam keberhasilan belajar siswa adalah lingkungan keluarga dimana ia dibesarkan. Hal ini erat kaitannya dengan waktu dan fasilitas orang tua untuk mendukung pendidikan anak, keterlibatan orang tua serta perhatian terhadap urusan-urusan sekolah anak, dan tingkat aspirasi orang tua bagi anaknya. Bila orang tua secara terus-menerus memberikan dorongan dan semangat dengan memperlihatkan bahwa orang tua sangat memperhatikan kemajuan anak, maka anak akan bersemangat untuk mencapai prestasi belajar terbaik di sekolah (Rismiyati E. Koesma, Fakultas Psikologi UnPad).
Read more

6 Faktor Internal yang Mempengaruhi Belajar Mahasiswa

Belajar merupakan suatu proses karena dalam belajar terdapat berbagai tahap. Gagné menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi belajar sedemikian rupa sehingga performanya berubah dari waktu dari sebelum ia mengalami situasi tadi. Crow & Crow menyatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas untuk mendapatkan informasi, menambah pengertian atau meningkatkan keterampilan.

Belajar di perguruan tinggi, sama halnya dengan belajar dalam arti luas, bertujuan untuk terjadinya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku akhir yang diharapkan adalah dicapainya pengetahuan, sehingga individu yang bersangkutan mampu melaksanakan tugas atau kerja tertentu dengan baik. Tingkah laku kecakapan dan keberhasilan seseorang dalam belajar disebut prestasi.

Proses belajar dan prestasi belajar ditentukan oleh banyak faktor, baik berupa faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu (faktor eksternal) maupun faktor-faktor yang terdapat di dalam diri individu (faktor internal). Dalam kaitannya dengan proses belajar di perguruan tinggi, faktor-faktor yang terutama mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa adalah faktor internal. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Minat

Prestasi belajar erat kaitannya dengan minat mahasiswa terhadap bidang pendidikan yang dimasukinya. Seorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak dapat diharapkan akan berhasil mempelajarinya dengan baik. Contoh sederhana yang dapat diungkapkan di sini adalah sebagai berikut: seorang calon mahasiswa yang berminat pada masalah kebudayaan dan tidak menyukai masalah teknik, tentu sebaiknya memilih bidang pendidikan yang erat kaitannya dengan budaya manusia, misalnya arkeologi atau sastra. Bila ternyata ia memasuki bidang pendidikan yang berhubungan dengan teknik, misalnya elektro, dapat diramalkan ia tidak akan berhasil dengan baik mencapai tujuan akhir studinya.

2. Kecerdasan

Dalam proses belajar di perguruan tinggi, faktor kecerdasan mahasiswa memiliki hubungan yang positif dengan hasil belajarnya. Ini berarti seseorang dengan taraf kecerdasan yang tinggi akan mencapai prestasi belajar yang memuaskan.

Beberapa pengertian tentang kecerdasan adalah:
- Kemampuan untuk mengemukakan masalah pada situasi baru secara cepat dan berhasil guna (efektif).
- Kemampuan untuk menggunakan konsep-konseo abstrak secara berhasil guna.
- Kemampuan untuk mengerti adanya  hubungan antara beberapa hal dan untuk belajar secara cepat.

Ketiganya menekankan pada proses yang berlainan, karena memang tidak mudah bagi psikolog untuk memberikan definisi kecerdasan secara tepat. Bennet mengatakan bahwa proses mental yang tercakup dalam kecerdasan antara lain penalarean, imajinasi, insight, judgement, dan kemampuan untuk beradaptasi. Adapula peneliti yang memberikan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang abstrak. Banyak masalah abstrak yang memerlukan kemampuan untuk beradaptasi yang tinggi di bidang kebudayaan, ilmiah, dan teknologi, tergantung pada kemempuannya bernalar secara abstrak.

3. Bakat

Dalam kaitannya dengan bakat yang dimiliki individu, dapat dikatakan bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya belajar tersebut. Ditinjau dari sudut psikologi, bakat yang dimiliki seseorang dapat diketahui melalui tes bakat. Mungkin saja pada satu diri individu terdapat lebih dari satu bakat yang dimilikinya.

4. Motivasi

Hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar juga meningkat. Motivasi adalah suatu keadaan di dalam diri individu yang mendorong tingkah laku ke arah tujuan. Dengan demikian, motif-motif akan memunculkan dan mengarahkan tingkah laku ke arah tujuan yang tepat. Tanpa motivasi yang kuat, sulit bagi individu untuk mencapai prestasi belajar sesuai yang diharapkan, meskipun faktor-faktor lain dalam dirinya menunjang ke arah prestasi yang lain.

5. Tingkat kecemasan

Faktor lain dalam diri individu yang besar peranannya dalam keberhasilan belajar adalah tingkat kecemasan. Prestasi akan mencapai hasil baik pada tingkat kecemasan yang sedang. Terlalu tinggi dan terlalu rendah tingkat kecemasan seseorang akan menghambat proses belajar yang terjadi. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai prestasi belajar yang baik dibutuhkan kecemasan dalam derajat yang sedang.

6. Kesehatan

Faktor terakhir yang turut menunjang keberhasilan belajar adalah faktor kesehatan. Yang dimaksudkan dengan kesehatan di sini adalah baik sehat secara fisik maupun psikis. Orang yang berbadan sehat tentunya akan belajar lebih baik dari orang yang kurang atau tidak sehat. Namun kesehatan badaniah inipun harus diimbangi oleh kondisi psikis yang sehat pula. Kesehatan psikis atau sering pula disebut sebagai kesehatan mental merupakan faktor yang sangat besar peranannya di dalam pencapaian prestasi belajar yang memuaskan. Adanya gangguan atau hambatan di dalam kondisi kejiwaan seseorang akan sangat mempengaruhi hasil belajarnya.

Di luar keenam faktor ini tentunya masih banyak faktor lain yang juga mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa. Namun demikian, dalam kaitannya dengan belajar di perguruan tinggi, keenam faktor internal inilah yang paling berperan. Selain dari faktor-faktor di dalam individu, terdapat pula beberapa faktor yang terdapat di luar diri individu yang juga besar peranannya dalam pencapaian prestasi belajar. (Dr. Rismiyati E. Koesma, Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran)
Read more

Faktor-faktor Keberhasilan Resosialisasi Bekas Keluarga Jalanan di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial Soegiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta

Penulis skripsi: A Eko Widayantyo
Program Studi Psikologi Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2007

Intisari

Tujuan penelitian kualitatif ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor keberhasilan resosialisasi bekas keluarga jalanan di Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial Soegiyapranata (PSP YSS) Yogyakarta. Latar belakang permasalahan yang terjadi adalah 60,6 % bekas keluarga jalanan yang menetap di PSP YSS kembali lagi ke jalanan. Responden penelitian ini adalah warga PSP YSS yang sudah menetap di masyarakat atau sudah tinggal di PSP YSS minimal selama tiga bulan. Responden penelitian ini sebanyak tiga keluarga. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan metode fenomenologi menggunakan wawancara primer, wawancara sekunder, dan observasi partisipan. Teknik verifikasi menggunakan intersubjective validity, serta menggunakan sumber data majemuk (observasi partisipan dan wawancara dengan orang dekat).

Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan resosialisasi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kemampuan individu untuk mengatasi masalah dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sedangkan faktor eksternal berupa kepemilikan akan konsep tentang masyarakat, dukungan sosial, motivasi yang kuat dari luar, serta partisipasi aktif dalam masyarakat.

Kata kunci : resosialisasi, bekas keluarga jalanan


Daftar Referensi

YSS Selayang Pandang. (tanpa tahun). Geliat Ekspresi Tepi Kali Winongo, hal. 2
Walikota Palangkaraya. (2002). Peraturan daerah kota Palangkaraya nomor 26 tahun 2002. diakses pada tanggal 15 Juni 2007 dari http://www.palangkaraya.go.id/pemerintahan/perda/2002/perdano26.htm
Wagner. (2002). Komitmen hidup lajang. Jakarta: Gandum Mas
Suyanto.(2005, Februari). Merumuskan persoalan pendidikan anak jalanan. DJANGKAR, hal. 7-8
Suyanto, Bagong.(2003, 13 Maret). Masalah anak jalanan di kota Surabaya. Diakses pada tanggal 21 Februari 2005 dari www.kompas.com
Sumintarsih; Wibowo, H. J.; Herawati, Isni. (1991). Sistem kepemimpinan di dalam masyarakat pedesaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Direktoraat Sejarah dan Tradisional Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya
Suharyadi. (2007). (wawancara pribadi, 6 Agustus)
Strauss, Anselm & Corbin, Juliet. (2003). Dasar-dasar penelitian kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Spradley, James P. (1997). Metode ethnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya
Soewondo.(1985). Studi kanca: YSS dan gelandangan: sebuah kerja pemanusiaan. Dalam Sasono, PU. Adi (ed.). Nasib gelandangan bertahan sedapatnya (hal 68-79). Jakarta: PT. Gunung Agung dan Lembaga Studi Pembangunan
Soemitro, B. (2004, Agustus-I). YSS, sahabat kaum pinggiran. PRABA, No. 15, hal.10-11
Soekanto, Soerjono. (1990). Sosiologi suatu pengantar ed 4. Jakarta: Rajawali Press
Sindhunata. (tanpa tahun). Bermimpi Bersama Anak-anak Tepi Kali Winongo. Dalam Geliat Ekspresi Tepi Kali Winongo (hal. 5-7)
Schaefer, Richard T. (2001). Sociology 7th ed. New York: The McGraw-Hill Company Inc
Santrock, John W. (2002). Life span development. Perkembangan masa hidup (edisi kelima). Jakarta: Erlangga
Santoso, Wahju Budi. (2004). Rapuhnya anak perempuan jalanan. Diakses pada tanggal 7 November 2004 dari http://www.rahima.or.id/SR/05-02/DP.htm
Salim, Peter dan Salim, Yenny. (1991). Kamus bahasa Indonesia kontemporer. Jakarta : Modern English Press
Pudji. (tanpa tahun). ”Danu”. Dalam Geliat Ekspresi Tepi Kali Winongo (hal. 20)
Prasetyo, Lukas Adi & Koestanto, Benny Dwi. (2005, 10 November). Botagen dari jalanan ke dapur rekaman. KOMPAS hal A
Potensi tinggi, anak-anak terlantar kembali ke jalan. (2002, 20 Agustus). Diakses pada tanggal 21 Februari 2005 dari www.kompas.com
Poerwandari, E. Kristi. (1998). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia
Petri, Herbert L. (1981). Motivation: theory and research. California: Wodsworth Publishing Company
Perlindungan Anak Masih Kurang. (2007, 20 Juli). MERAPI, hal 4
Pemulung TPA Piyungan Penghasilan Lebih Baik dari Buruh Tani. (2007, 3 Agustus). KOMPAS, hal A
Nursin. (2005). (wawancara pribadi, 13 Desember)
Ngatman. (2005). (wawancara pribadi, 23 Desember)
Nazir, M. (1988). Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Narbuko, C & Achmadi, A. (1997). Metodologi penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Murniati, A. P. (1992). Perempuan Indonesia dan pola ketergantungan. Dalam Susanto, Budi; Sudiarjo, Praptadiharjo; Pratiwi, Rika (ed). Citra wanita dan kekuasaan (Jawa) hal (19-30). Yogyakarta: Kanisius dan Lembaga Studi Realino
Mulyana, Deddy. (2001). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Moustakas, Clark. (1994). Phenomenological research methods. California: Sage Publication Inc
Moleong, Lexy J. (2002). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Miles, Matthew dan Huberman, A. Michael. (1992). Analisis data kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Mereka yang disebut. (2004). Diakses pada tanggal 5 November 2004 dari http://www.dikmas.depdiknas.go.id/05-program-anakjalanan.htm
Matsumoto, David. (2004). Pengantar psikologi lintas budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mary Hardy, Gail. (1998). Ketubuhan perempuan dalam interaksi sosial: Suatu masalah perempuan dalam heterogenitas kelompoknya. Dalam Arimbi; Indriaswati; Saptaningrum, Dyah; Sulistyani, Sri (Ed.). Perempuan dan politik tubuh fantastis (hal 119-138). Yogyakarta: Kanisius dan Lembaga Studi Realino
Marshal, Gordon ed. (1994). The consife Oxford dictionary of sociology. NY: Oxford University
Magnis-Suseno, Franz. (1984). Etika Jawa. Jakarta: Gramedia
Magnis-Suseno, Franz. (1978). Etika sebagai kebijaksanaan hidup. Dalam Magnis-Suseno, Franz; Reksosusilo, S (Ed). (1983). Etika Jawa dalam tantangan: sebuah bunga rampai (hal 83-114). Yogyakarta: Kanisius
Magnis-Suseno, Franz. (1977). Hormat dan hak-etika Jawa dalam tantangan. Dalam Magnis-Suseno, Franz; Reksosusilo, S (Ed). (1983). Etika Jawa dalam tantangan: sebuah bunga rampai (hal 38-82). Yogyakarta: Kanisius
Londsdale, Lia. (2005). Resocialization of. Diakses pada tanggal 21 Februari 2005 dari http://research2.csci.ubr.ca/soc100/conceptmap/term/resocialization.php
Koeswara, E. (1986). Motivasi. Bandung: Penerbit Angkasa
Kisah Anak-anak Stasiun. (2007, 3 Agustus). KOMPAS, hal 29
Kami dilahirkan untuk tidak menikah . (2004, 29 November). KOMPAS, hal A
Indrawati, Endang Sri. (2004). Perilaku hidup masyarakat gelandangan dan pengemis kota. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Vol. I, Nomor I, September, hal 88-95
Hasan, Hasniah. (2005). Perceraian dalam kehidupan muslim Surabaya Jawa Timur (Studi tentang makna perceraian dalam perspektif fenomenologi) Post graduate Airlangga University. Diakses pada tanggal 5 September 2006 dari http://digilib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-s3-2005-hasanhasni-1860
Handoko, Martin. (1992). Motivasi daya penggerak tingkah laku. Yogyakarta: Kanisius
Guinnes, Patrick. (1985). Gelandangan kota Yogyakarta. Dalam Sasono, PU. Adi (ed.). Nasib gelandangan bertahan sedapatnya (hal 16-32). Jakarta: PT. Gunung Agung dan Lembaga Studi Pembangunan
Geertz, Hildred. (1983). Keluarga jawa. Jakarta: Grafiti Pers
Fajar, dkk. (tanpa tahun). Kelas Gambar. Dalam Geliat Ekspresi Tepi Kali Winongo (hal. 7-8)
Ertanto, Kirik. (2000). Anak jalanan & subkultur: Sebuah pemikiran awal. Diakses pada tanggal 5 November 2004 dari http://www.kunci.or.id/teks/kirik.htm
Ena, Ouda Teda. (tanpa tahun). Piccaso dan De Kooning dari Tepian Winongo. Dalam Geliat Ekspresi Tepi Kali Winongo (hal. 3-5)
Dewanto, Aria. (tanpa tahun). Dalam Geliat Ekspresi Tepi Kali Winongo (hal. 21-22)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. (1982). Sistem gotong-royong dalam masyarakat pedesaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Departeman Pelayanana dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI. (2005). Standar pelayanan minimal pelayanan dan rehabilitasi social gelandangan dan pengemis. Jakarta: Departemen Sosial RI
Demonstrasi Ratusan Anak Jalanan Tuntut Walikota. (2007, 2 Februari). KOMPAS, hal J
Dayakisni, Tri dan Yuniardi, Salis. (2004). Psikologi lintas budaya. Malang: UMM Press
Danim, Sudarwan. (2002). Menjadi peneliti kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia
Daftar warga PSP. (tanpa tahun). Tidak diterbitkan
Creswell, John W. (1998) Qualitative inquiry & research design choosing among five traditions. California: SAGE Publications, Inc.
Berry, John W; Portinga, YPE H; Segall, Marshall H; Dasen, Pierre R. (2002). Cross culture psychology research and application (2nd ed). UK: Cambridge University Press
Baron, Robert & Byrne, Donn. (2005). Psikologi sosial ed kesepuluh jilid 2. Jakarta: Erlangga
Anak Jalanan Antara Ditipu dan Menipu. (2007, 23 Juli). KOMPAS, hal. 27
Ade. (2000, Juli). Yang Terbuang dan Bangkit. FAMILIA, hal. 17-20
Abarca, Joanna. (2005). The resocialife program. Diakses pada tanggal 21 Februari 2005 dari www.resosialife.com
Read more

Hubungan antara Kesepian dengan Kecenderungan Kenakalan pada Remaja

Penulis skripsi: Koleta Yovi Kusterisa
Program Studi Psikologi Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2015

Intisari

Tujuan penelitian kuantitatif korelasional ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kesepian dengan kecenderungan kenakalan remaja. Hipotesis yang diajukan pada penelitian adalah ada hubungan antara kesepian dengan kecenderungan kenakalan pada remaja. Kesepian merupakan variabel bebas, dan kecenderungan kenakalan remaja merupakan variabel tergantung. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling. Subjek penelitian adalah 193 remaja sekolah swasta di Kota Yogyakarta yang berusia 15 sampai 18 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan pengisian skala kecenderungan kenakalan remaja (α=0,93) dan skala kesepian (α=0,83). Skala kecenderungan kenakalan remaja berjumlah 31 item yang terdiri dari item favorable. Sedangkan, skala kesepian berjumlah 29 item yang terdiri dari item favorable dan unfavorable. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan korelasi Spearman Rho. Adapun dari hasil analisis data ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan kenakalan pada remaja (r=0,174, p=0,15). Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Peneliti berkesimpulan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil dari penelitian ini.

Kata kunci : kesepian, kecenderungan kenakalan remaja


Daftar Referensi

Wisnuwardhani, D. & Mashoedi, S. F. (2012). Hubungan Interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika.
Wardayati, K. T. (2012). Faktor Pemicu Kesepian. Diakses 19 Mei 2014, dari http://intisari-online.com.
Vandenbos, G. R. (2007). APA: Dictionary of Psychology. Washington: American Psychological Association.
Thornburg, H. D. (1982). Development in Adolescence (ed. ke-2). California: Wadsworth, Inc.
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi Sosial (ed. ke-12). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Syasya. (2011). Astaga! Pelaku Bunuh Diri di Korea Kebanyakan Masih Usia Muda. Diakses 1 Juli 2014, dari http://lifestyle.kompasiana.com.
Suryabrata, S. (2008). Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2007). Kiat Merujuk Sumber Acuan dalam Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Sujarweni, V. W. & Endrayanto, P. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: CV. Alfabeta
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Penerbit Alfabeta.
Soekanto, S. (2006). Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Siregar, S. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Shaughnessy, J. J., Zechmeister, E. B., & Zechmeister, J. S. (2003). Research Methods in Psychology. (ed. 6th). New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Sarwono, S. W. (2011). Psikologi Remaja (ed. rev.). Jakarta: Rajawali Pers.
Sarwono, S. W. (2008). Psikologi Remaja (ed. rev.). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development (ed. ke-13, jilid I). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Santrock, J. W. (2007). Remaja (ed. ke-11, jilid I). Jakarta : Penerbit Erlangga.
Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development (ed. ke-5, jilid II). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Santoso, A. (2010). Statistik Untuk Psikologi: Dari Blog Menjadi Buku. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Sangadji, E. M. & Sopiah. (2010). Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Rudhy. (2012). Kasus Kriminalitas Usia Remaja Kian Meningkat. Diakses 7 Juni 2015, dari http://www.tribunnews.com.
Rice, F. P. (1996). The Adolescent : Development, Relationships, and Culture. Boston: Allyn and Bacon.
Priyatno, D. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Gava Media.
Priliawito, E. (2009). Dijauhi Teman, Pemuda Nekad Gantung Diri. Diakses 4 Juni 2015, dari http://metro.news.viva.co.id.
Ponzetti, J. J., Jr. (1990). Loneliness among College Students. Journal Family Relation. 39 (3), 336-340.
Peplau, L. A., & Perlman, D. (1982). Perspectives on loneliness. Dalam L. A. Peplau & D. Perlman (Eds.), Loneliness : A Sourcebook of Current Theory, Research, and Therapy. (h. 1-18). New York: John Wiley.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human Development: Psikologi Perkembangan (ed. ke-10, bag. II). Jakarta: Penerbit Salemba Humanika.
Page, R. M. (1990). High School Size as a Factor in Adolescent Loneliness. The High School Journal. 73 (3), 150-153.
Myers, D. G. (2010). Psikologi Sosial (ed. 10, bag. II). New York: McGraw-Hill.
Matsumoto, D. & Juang, L. (2008). Culture and Psychology (ed. 4th). Belmont: Wadsworth Cengage Learning.
Lonner, W. J. & Malpass, R. S. (1994). Psychology and Culture. United States of America: Allyn and Bacon.
Lippold, M. A., Greenberg, M. T., Graham, J. W., & Feinberg, M. E. (2013). Unpacking the Effect of Parental Monitoring on Early Adolescent Problem Behavior: Mediation by Parental Knowledge and Moderation by Parent-Youth Warmth. Journal of Family Issues. XX (X), 1-24.
Kusmiyati. (2013). Berbagai Perilaku Kenakalan Remaja yang Mengkhawatirkan. Diakses 7 Juni 2015, dari http://health.liputan6.com.
Kartono, K. (2006). Patologi Sosial II: Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ikhtiyarini, P. (2012). Menelisik Kronik Tawuran. Pewara Dinamika UNY: Leading in Character Edu. 13 (56), 7-10.
Gunarsa, S. D. (2004). Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gunung Mulia.
Gunarsa, S. D. & Gunarsa, S. D. (2009). Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Donnellan, M. B., Trzesniewski, K. H., Robins, R. W., Moffitt, T. E., & Caspi, A. (2005). Low Self-Esteem is Related to Aggression, Antisocial Behavior, and Delinquency. Psychological Science. 16 (4), 328-335.
Check, J. V. P., Perlman, D., & Malamuth, N. M. (1985). Loneliness and Aggressive Behaviour. Journal of Social and Personal Relationship. 2, 243-250.
Berk, L. E. (2012). Development Through The Lifespan, Dari Prenatal Sampai Masa Remaja (ed. ke-5, vol. I). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Benner, A. D. (2011). Latino Adolescents’ Loneliness, Accademic Performance, and The Buffering Nature of Friendships. Journal Youth Adolescence. 40, 556-567.
Baumeister, R. F. & Leary, M. R. (1995). The Need to Belong: Desire for Interpersonal Attachments as a Fundamental Human Motivation. Psychological Bulletin. 117 (3), 497-529.
Baron, R. A., & Byrne, D. (1987). Social Psychology: Understanding Human Interaction (ed. 5th). Boston: Allyn & Bacon, Inc.
Baron, R. A. & Byrne, P. (2005). Psikologi Sosial (ed. ke-10, jilid II). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Azwar, S. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (1998). Metode Penelitian (ed. ke-1). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Asyhad, M. H. (2014). Bully yang Berujung Mati. Majalah Intisari. 617, 158-169.
Andriani, S. (2013). Kesepian dan Tidak Bahagia, Artis Terjerumus Narkoba. Diakses 4 Juni 2015, dari http://gayahidup.inilah.com.
______. (2013). Loneliness in The UK. Diakses 29 Mei 2014, dari http://www.eauk.org/culture/statistics/how-lonely-are-we.cfm.
______. (2012). Polda Metro: Kenakalan Remaja Meningkat Pesat, Perkosaan Menurun. Diakses 7 Juni 2015, dari http://www.beritasatu.com.
______. (2012). Daftar Pembunuhan Massal di Sekolah AS dalam 20 Tahun. Diakses 27 Agustus 2014, dari http://news.liputan6.com.
Read more

Hubungan Body Image pada Pria Dewasa Dini dengan Kesungguhan Melakukan Latihan Fisik di Fitness Center

Penulis skripsi: Fika Yunny Wulandari
Program Studi Psikologi Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2007

Intisari

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara body image pada pria dewasa dini dengan kesungguhan latihan fisik di fitness center. Body image pada pria dewasa dini adalah persepsi atau gambaran pria dewasa dini terhadap penampilan tubuhnya. Memiliki body image yang rendah menunjukkan bahwa pria dewasa dini merasa tidak puas dengan kondisi tubuh yang dimilikinya. Pria dewasa dini terdorong untuk berusaha memperbaiki diri dan mendapatkan penampilan yang lebih menarik karena ketidakpuasan terhadap tubuhnya. Hal tersebut karena pria dewasa dini memiliki minat khusus dalam penampilan fisiknya pada usia ini. Oleh sebab itu, untuk memperoleh bentuk tubuh yang mesomorfik dan penampilan yang menarik, pria dewasa dini secara sungguh-sungguh melakukan latihan fisik di fitness center.

Subyek penelitian adalah 70 orang yang secara aktif melakukan latihan fisik di fitness center. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian korelasional. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode skala. Body image subyek diukur dengan menggunakan skala body image yang disusun peneliti, begitu pula dengan kesungguhan latihan fisik yang diukur dengan skala yang juga disusun peneliti.

Uji kesahihan butir menyatakan pada skala kesungguhan latihan fisik terdapat 3 item yang gugur dan 19 item yang digunakan dengan reliabilitas sebesar 0,923, sedangkan pada skala body image ada 22 item yang gugur dan 38 item dengan reliabilitas sebesar 0,932 yang digunakan. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,188 yang berarti bahwa sumbangan variabel body image terhadap intensitas latihan fisik sebesar 18,8%. Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Adapun dari hasil analisis data penelitian ditemukan bahwa sebaran data adalah normal dan linear. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh adalah -0,434 pada taraf signifikasi 0,05 dan probabilitas 0,000 (p<0,01). Hal tersebut berarti hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara body image pada pria dewasa dini dengan kesungguhan latihan fisik dapat diterima.

Kata kunci : body image, ketidakpuasan terhadap tubuh, kesungguhan latihan fisik.


Daftar Referensi

Yudha, M. (2006). Beri Tenaga Hidup Anda Fitnes : Fit Sepanjang Hari. Jakarta : Penerbit Swadaya
Yonita, M. (2004). Studi Deskriptif Body Image Pria Dewasa Awal di Kota Magelang. Skripsi Sarjana. (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Wulandani, R. (2000). Hubungan antara Citra Raga dengan Intensitas Melakukan Body Language pada Wanita. Skripsi Sarjana. (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada
Wikipedia. (2007). Body Image. Retrieved from : http://wikipedia.org/wiky/bodyimage. (Mei 2007)
VandenBos, G.R. (2006). APA Dictionary of Psychology. Washington : American Psychological Association
Tresnawati, F.S. (2004). Studi Deskriptif tentang Citra Raga pada Mahasiswi Unika Atma Jaya Jakarta. Skripsi Sarjana (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka
Soekirno, S. (2006). Pusat Kebugaran : Ramai-ramai Berkeringat Sembari Bergaul. Retrieved from : http://www.kompas.com/news/html (Juni 2007)
Setiawan, A. (2006). Trend Menjaga Kebugaran. Retrieved from : http://www.beritakan.com/html (Mei 2007)
Sears, D.O. (1985). Psikologi Sosial Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Santrock, J.W. (1995). Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup, edisi 5, jilid II. Jakarta : Erlangga
Salim, P. & Salim, Y. (1991). Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta : Modern English Press
Rai, A. (2001). Bugar. Retrieved from : www//korantempo.com/news/2001/10/13/Bugar/11.html (Juni 2007)
Prichard, I. & Tiggemann, M. (2005). Objectification in Fitness Centers : Selfobjectification, body dissatisfaction and disordered eating in aerobic instructors and aerobic participants. Retrieved from : http://www.findarticles.com (Juli 2007)
Pembaruan. (2006). Pria pun Perlu Menjaga Bentuk Tubuh. Retrieved from : http://www.kikil.com/html (Juni 2007)
Mardana, B. D. (2003). Pusat Kebugaran : Pilihan Asyik Manjaga Kebugaran. Retrieved from : http://www.sinarharapan.com/news/2003.html (Juni 2007)
Mappiare, A. (1983). Psikologi Orang Dewasa. Surabaya : Usaha Offset Printing
Lowery, Kurpius, dkk. (2005). Body Image, Self-Esteem, and Health-Related Behaviors Among Male and Female First Year College Students. Retrieved from : www.findarticles.com (Juli 2007)
Lorenzen, L., Grieve, F., & Thomas, A. (2004). Brief Report : Exposure to Muscular Male Models Decreases Men’s Body Satisfaction. Retrieved from: http://www.ingentaconnect.com/content/klu/sers/2004/00000051/f0020011/ny00000723 (Juli 2007)
L-Men. (2006). Latihan Beban : Penting Juga Bagi Anda yang Ingin Membakar Lemak! Retrieved from : www//:l-men.com/L-exercise.html ( Juni 2007)
Lightstone, J. (2007). Body Image. Retrieved from : www.edreferral.com/bodyimage.htm. (Mei 2007)
Legis. (2007). Retrieved from : http://www.legis.state.wi.us/lc ( Juli 2007)
Jersild, A.T. (1965). The Psychology of Adolescence second edition. New York : The Macmillan Company
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan. Suatu Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga
Hornby, A.S. (1989) Oxford Advance Learn’s Dictionary of Current English 4th edition. Oxford University Press
Hariningsih, E.K. (2005). Studi Deskriptif Perilaku Remaja Putri untuk Memenuhi Kriteria Ideal Body Image. Skripsi Sarjana. (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Hardy, M. & Heyes, S. (1988). Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga
Hadi, S. (1991). Analisis Butir untuk Instrumen. Yogyakarta : Andi Offset
------.(2004). Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset
------.(1995). Metodologi Research Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset
Grogan, S. (1999). Body Image : Understanding Body Dissatisfaction in Men, Women and Children. London : Routledge
Caplin, J. P. (2001). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Banfield, S.S., & McCabe, M. P. (2002). An Evaluation of The Construct of Body Image. Retrieved from : http://findarticles.com/p/articles/mi_m2248/is_146_37/ai_89942838 (Juli 2007)
Azwar, S. (1988). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya Edisi Pertama. Yogyakarta : Penerbit Liberty
------. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
------. (2007). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 1. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Read more

Etos Kerja Pedagang Etnis Cina yang Mengelola Toko Obat Cina di Kotamadya Pontianak

Penulis skripsi: Juliana Hermanto
Program Studi Psikologi Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2008

Intisari

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan etos kerja pedagang etnis cina yang mengelola toko obat Cina di kotamadya Pontianak. Etos kerja merupakan salah satu elemen penting dalam komponen sukses yang mampu melatarbelakangi keberhasilan dalam bekerja. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang menggunakan metode pengumpulan data dengan observasi dan wawancara. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga orang dengan kriteria etnis Cina yang berprofesi sebagai pedagang obat Cina, berkedudukan sebagai pengelola toko obat dan berdomisili di kotamadya Pontianak.

Adapun dari hasil penelitian ditemukan etos kerja pada ketiga subjek penelitian yang ditunjukkan dengan adanya pandangan kerja sebagai kewajiban moral, kebanggaan akan hasil karya dan displin yang tinggi. Hasil penelitian menggambarkan bahwa kerja merupakan kewajiban moral, ketiga subjek memandang kerja diperuntukkan bagi keluarga dan berguna untuk diri sendiri, kerja merupakan hal yang penting bagi kehidupan, mereka juga menganggap kerja sebagai anugerah dari Tuhan. Kebanggaan akan hasil karya mengarah pada perasaan bangga terhadap hasil kerja karena keinginan untuk maju, adanya penghargaan dari orang lain, serta usaha dalam bekerja maksimal untuk menciptakan kualitas kerja terbaik. Displin ditunjukkan dengan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan dan kesadaran akan peraturan. Keterkaitan ketiga indikator ini menggambarkan etos kerja pada pedagang etnis Cina yang mengelola toko obat Cina.

Kata kunci: etos kerja, etnis cina, pedagang yang mengelola toko obat Cina


Daftar Referensi

Vasanty, P. 1979. Kebudayaan Orang Tionghoa Indonesia. Dalam Koentjaraningrat (ed). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Jambatan.
Tasmara, Toto. Etos Kerja Pribadi Muslim. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1994.
Tan, M.G. 1981. Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Suryohadiprojo, Sayidiman. 1988. Membangun Etos Kerja. Majalah Manajemen No. 52, hlm. 42-47. Jakarta: PT. Pustaka Bihaman Pressindo.
Suryabrata, S. 1982. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.
Sudarso, A. 1997. Penanaman Etos Kerja. Media MNPK No. 4-5 Th. XVIII, September-Oktober, hlm. 4-7. Jakarta: Majelis Nasional Pendidikan Katolik.
Skinner, J. 1981. Golongan Minoritas Tionghoa. Dalam M.G. Tan (ed.), Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Siregar, Soen. 2000. Konsep Universal Etos Kerja. Majalah Manajemen No. 147, hlm. 24. Jakarta: PT. Pustaka Bihaman Pressindo.
Sinamo, J. H., ETHOS21: Etos Kerja Profesional di Era Digital Global. Jakarta: Institut Darma Mahardika, 2002.
Siburian, Robert. 1997. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja Pengrajin Tradisional. Majalah Ilmiah Maranatha Vol. XIII/Th. IV
Sahrah, A. 1995. Identitas Etnik dan Nilai Kerja Karyawan Tionghoa Asli dan Tionghoa Peranakan. APIO
Renwarin, M. 1991. Pembinaan Etos Kerja Perlu Sejak Anak -anak. Mawas Diri Edisi Mei, hlm. 4-8.
Rahardjo, M. D. 1992. Etos Kerja, Teori dan Teologi Islam. Peninjau.
Purwanto, L.A. Budaya sebagai Dasar Pengembangan Sumber Daya Manusia. http://www.edents.bravepages.com/edents%20online%20baru/laput%20lilik.htm (diambil tanggal 7 Desember 2004).
Prihananti, Yupitasari Fajar. 2000. Hubungan Antara Etos Kerja Dengan Intensi Berkompetisi Dalam kerja. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Poerwandari, Endang Kristi. 1998. Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Partono. 1978. Pengetahuan Dagang. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Nugroho, Triasta Teguh. 1998. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Iklim Organisasi Dengan Etos Kerja Karyawan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Nitisemito, Alex S. Drs. 1982. Manajemen Personalia (manajemen Sumber Daya Manusia). Jakarta: Thalia Indonesia.
Naisbitt, J. 1995. Megatrends Asia: The Eight Asian Megatrends that are Changing the World. London: Nicholas Brealey Publishing.
Muzairi. 1994. Refleksi Teologis Terhadap Etos Kerja. Al-Jami’ah No.57, hlm. 100 -109.
Mutis, T. 1995. Kewirausahaan yang Berproses. Jakarta: PT. Grasindo.
Moleong, L.J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Manullang, R.A. 1997. Pengaruh Profesionalisme dan Etos Kerja Terhadap Mutu akademik. Majalah Ilmiah Maranatha Vol. XIII/Th. IV. Bandung: Sekretariat Penerbitan Majalah, LPPM – UKM.
Magnis, F. 1978. Menuju Etos Pekerjaan yang Bagaimana. Prisma, Desember hlm. 25. PT. Pustaka LP3ES Indonesia.
La Ode, M.D. 1997. Tiga Muka Etnis Cina-Indonesia : Fenomena Di Kalimantan Barat (Perspektif Ketahanan Nasional). Yogyakarta: Bigraf Publishing.
KompasOnline. 2001. Kota Pontianak. http://www.pu.go.id/ditjen_ruang/interaktif/profil/kotapontianak.htm (diambil tanggal 31 Juli 2006).
Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi (Cetakan kedelapan). Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Keller, L.M. 1992. Work Values: Genetic and Invironmental Influences. The Journal of Social Psychology, No. 1, 79–88.
Kartodirjo,Sartono, Prof. DR. Pembangunan Bangsa. Yogyakarta: Aditya Media, 1994.
Ismael, B. 1989. Hubungan Antara Etos Kerja dengan Hukum dan Disiplin Nasional di Indonesia. Majalah Ilmiah Universitas Kristen Indonesia Atma Jaya. Thn. II No.1, hlm. 121-139. Jakarta: Universitas katolik Atma Jaya.
Husodo, Siswono Yudo, 1985. Warga Baru (Kasus Cina di Indonesia). Jakarta: Lembaga Penerbitan Yayasan Padamu Negeri.
Hidajat, Z.M. 1977. Masyarakat dan Kebudayaan Cina di Indonesia. Bandung: Tarsito.
Harsanto, R., Drs. 1997. Upaya Meningkatkan Etos Kerja Profesi Guru. Media MNPK No. 7, Thn XII. Jakarta: Majelis Nasional Pendidikan Katolik.
Hariyono, P., Drs. 1993. Kultur Cina Dan Jawa, Pemahaman Menuju Asimilasi Kultural. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Asya’arie, M. 1994. Agama dan Etos Kerja. Al-Jami’ah No. 57 hlm. 93-99.
Anoraga, Pandji and Widiyanti, Nanik. 1990. Psikologi Dalam Perusahaan. Jakarta: Rineka Cipta.
Anoraga, Pandji and Suyati, Sri. 1995. Psikologi Industri dan Sosial. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Anoraga, P., Drs. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.
Adisubroto, D. 1993. Nilai: Sifat dan Fungsinya. Buletin Psikologi No. 2, hlm. 26-33. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.
Adicondro, G.Y. 1978. Dari Pecinan sampai Nan Yang: Suatu Introduksi tentang Kewiraswastaan Orang Cina di Indonesia. Prisma Vol. VII/9. PT. Pustaka LP3ES Indonesia.
Read more

Aktualisasi Diri Santiago dalam Novel Sang Alkemis Menurut Psikologi Humanistik Maslow

Skripsi disusun oleh: Juninada Sari Puspa
Program Studi Psikologi Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2007

Intisari

Setiap orang pasti memiliki keinginan untuk diwujudkan, namun tidak semua orang mau berjuang untuk meraihnya. Tokoh Santiago dalam novel Sang Alkemis karya Paulo Coelho adalah individu yang berjuang untuk mewujudkan apa yang ia inginkan. Legenda pribadi adalah dua kata yang dipilih oleh Coelho untuk menyebutkan apa yang sungguh-sungguh Santiago inginkan dalam hidupnya. Salah satu tokoh Psikologi yang juga mampu mencapai keinginan dalam hidupnya dan melihat manusia dengan optimis adalah Abraham Maslow. Sebagai seorang humanis, Maslow meyakini bahwa manusia akan merasakan kebahagiaan dengan mewujudkan keinginan dalam hidupnya. Pemenuhan kebutuhan yang akan membuahkan kebahagiaan dalam hidup berdasarkan keinginan dan potensi dari dalam diri ia sebut Aktualisasi Diri, yang merupakan bagian dari hirarki kebutuhan hidup manusia. Maslow dan Coelho menunjukkan kesamaan dalam memandang manusia, yaitu individu yang mampu mewujudkan apapun yang ia inginkan dalam hidup ini.

Penelitian ini akan melihat bagaimana pencapaian Aktualisasi Diri Santiago dan karakteristik pengaktualisasi diri apa saja yang ada dalam diri Santiago sehingga mendukung pencapaian aktualisasi dirinya. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis isi, dengan teknik penelitian pengkodean. Adapun dari hasil penelitian ditemukan bahwa pencapaian aktualisasi diri Santiago dapat terjadi karena ia melakukan progression choice untuk mengikuti ramalan mimpinya pergi ke Mesir, meninggalkan kemapanan yang telah ia dapatkan, meskipun pekerjaannya sebagai gembala ia lakukan atas dasar metamotivation. Selain itu pada saat ia mengalami penurunan kebutuhan dari B-Needs ke D-Needs, Santiago mampu bangkit dan melanjutkan perjuangannya mengaktualisasikan diri dengan kembali melakukan progression choice, meskipun ia telah memiliki materi yang cukup untuk kembali ke Spanyol sebagai orang kaya. Karakteristik pengaktualisasi diri yang ada dalam diri Santiago saling berkaitan bukan berdiri sendiri. Karakteristik ini tidak muncul secara tiba-tiba namun merupakan bagian dari dirinya yang terasah oleh perjalanan hidupnya.

Kata kunci: Aktualisasi Diri, Legenda Pribadi, B-Needs, D-Needs, B-Love, B-Languange, Pengalaman Mistik, Progression Choice.


Daftar Referensi

Sumardjo, Jakob. (1984). Memahami kesusastraan. Bandung : Penerbit Alumni.
Strauss, A. dan Corbin, J. (2003). Dasar-dasar penelitian kualitatif. Tatalangkah dan teknik-teknik teoritisasi data. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Shultz, Duane. (1991). Psikologi pertumbuhan. Model-model kepribadian sehat. Yogyakarta : Kanisius
Satyadharma, Yudhistira. (2003). The meaning of hope as the philosophical teaching ini Paulo Coelho’s The Alchemist. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Sari, Rintha Helena. (2004). A psychological study of Santiago in Coelho’s The Alchemist: Logic in relation with intelligence and learning as a part of human development. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Recent interviews. (2004). Diakses pada 3 Oktober 2006 dari http://www.paulocoelho.com/rume/bio.shtml
Pradopo, Rachmat Djoko. (1994). Prinsip-prinsip kritik sastra. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Poerwandari, Kristi. (2001). Pendekatan kualitatif dalam psikologi. Jakarta : UI.
Paulo Coelho’s titles. (2006). Diakses pada 28 Agustus 2006 dari http://www.santjordi-asociados.com/titles.html
Moleong, L.J. (2006). Metodologi penelitian kualitatif. Edisi revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Misiak, H. dan Sexton, V.S. (1988). Psikologi fenomenologi eksistensial dan humanistik. Bandung : PT. Eresco.
Miles, M.B. dan Huberman, A.M. (1992). Analisis data kualitatif. Buku sumber tentang metode-metode baru. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UIPress).
Maslow, Abraham H. (1984). Motivasi dan kepribadian. Teori motivasi dengan ancangan hirarki kebutuhan manusia. Jakarta : PT. Gramedia.
Maslow, Abraham H. (1971). The farther reachers of human nature. New York : Penguin Books.
Maslow, Abraham H. (1969). The healthy personality readings. New York : Van Nostrand Reinhold Company.
Maslow, Abraham H. (1968). Toward a psychology of being. New York : Van Nostrand Reinhold Company.
Martin, Patricia. (2002). Paulo Coelho’s biography. Diakses pada 2 Oktober 2006 dari http://www.paulocoelho.com/rume/bio.shtml
Koeswara, E. (1989). Motivasi, teori dan penelitiannya. Bandung : Penerbit Angkasa.
Hardjana, Andre. (1981). Kritik sastra: sebuah pengantar. Jakarta : PT Gramedia.
Handoko, Martin. (1992). Motivasi daya penggerak tingkah laku. Yogyakarta : Kanisius.
Goble, Frank G. (1987). Mazhab ketiga. Psikologi humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta : Kanisius.
Danim, Sudarwan. (2002). Menjadi peneliti kualitatif. Ancangan metodologi, presentasi, dan publikasi hasil penelitian untuk mahasiswa dan peneliti pemula bidang ilmu-ilmu sosial, pendidikan, dan humaniora. Bandung : Penerbit Pustaka Setia.
Critical acclaims and critisims. (2006). Diakses pada 3 Oktober 2006 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Paulo_Coelho
Crapps W, Robert. (1993). Dialog psikologi dan agama sejak William James hingga Gordon W Allport. Yogyakarta : Kanisius.
Coelho, Paulo. (2004). Sang Alkemis. Jakarta : AlvaBet.
Chaplin, JP. (2002). Kamus lengkap psikologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Boeree, George. (2006). Personality theories, Abraham Maslow 1908-1970. Diakses pada 2 Oktober 2006 dari http://www.ship.edu/%7Ecgboeree/maslow.html
Anggraeni, Diah Helena. (2004). The Influence of Minor Characters on Santiago’s Personality Development in Paulo Coelho’s The Alchemist. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Read more